Friday, 17 April 2015

keseh dan tauladan -seorang pemuda


Kejujuran seorang pemuda yang sholeh dan sifat wara nya.

pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang sholeh dan memiliki sifat wara (yang memiliki sifat hati-hati) dalam tingkah laku dan perbuatanya serta jujur dalam tutur katanya.

Pada suatu hari pemuda ini sedang berjalan di pinggir sungai, ketika hendak beristirahat dan ingin membasuh mukanya dari air sungai itu, karena nampak air sungai itu yang jernih dan menyegarkan.

Ketika pemuda ini membasuh kedua tangannya dan mukanya, tiba-tiba ada sebuah apel yang datang menghampirinya, dan pemuda itu mengambil dan memakannya, ketika dia memakan buah apel itu ,pemuda ini baru menyadari bahwa buah apel ini ada pemiliknya.

Kemudian pemuda ini pun pergi menyusuri aliran sungai ini untuk mencari sumber dimana buah apel ini berasal, dan akhirnya pemuda ini pun menemukan ada kebun apel yang salah satu pohon yang ranting-rantingnya menjulur ke sungai.

Dan pemuda ini hendak mencari pemilik kebun ini untuk meminta keikhlasannya dan keridoannya salah satu buah yang dia makan tersebut.

Ketika pemuda ini bertemu dengan pemilik kebun apel yang menurut keterangan dia adalah seorang ulama besar, pemuda ini menceritakan kronologisnya yang membawa dia datang menemui pemilik kebun apel tersebut.

Mendengar cerita dan kejujuran serta sifat waranya, pemilik kebun apel ini merasa kagum dan simpati atas pengakuan dan kejujuranya, pemilik kebun apel ini pun hendak menguji kejujuran dan ketulusannya.

Akhirnya si pemilik kebun pun mengajukan syarat kepada pemuda tersebut bahwa jika kamu ingin aku mengikhlaskannya atas apa yang telah kamu makan maka kamu harus menebusnya dengan bekerja beberapa hari di kebunku ini, jawab si pemilik kebun tersebut.

Dengan syarat tersebut si pemuda pun tidak merasa keberatan jika memang itu bisa menebus sebuah apel yang telah di makannya, dan hari pun berlalu sesuai dengan kesepakatan antara si pemuda yang jujur dan si pemilik kebun apel tersebut.

Dan dengan bijak dan waranya si pemuda sholeh ini pun mengajukan pertanyaan "wahai tuan sudah cukupkan waktu yang telah aku lalu di tempat ini?"

Si pemilik kebun apel ini memang sangat menyukai kejujuran dan sifat waranya dari pemuda ini, dan berniat ingin menikah kannya dengan putrinya,lalu diapun mengajukan pertanyaan kepada pemuda tersebut.

Bila kamu ingin aku menghalalkan apa yang kamu makan,maka maukah kamu menikahi putriku,dan menjelaskan ciri''Nya, sebagai berikut, dia tidak memiliki kedua mata, tidak memiliki 2 telinga, tidak berbicara,tidak memiliki 2 tangan ,dan tidak memiliki 2 kaki.

Untuk sementara waktu si pemuda tersebut terdiam, dan menjawab apakah aku layak untuk dia karena aku adalah orang yang tidak memiliki apa'' dan pemilik kebun pun tersenyum dan menjawab.

Kamu layak untuk putri ku karena kejujuran dan sifat wara yang kamu miliki,dan putriku pun layak untuk kamu, karena dia tidak memiliki ke 2 mata yang di pake untuk melihat hal-hal yang di larang oleh alloh.

Tidak memiliki 2 telinga untuk mendengarkan hal-hal yang sia-sia dan dilarang oleh agama, tidak berbicara karena nafsu (mengunjing, mencemoohkan orang lain,menyakiti orang lain dengan lisannya) tidak memiliki 2 tangan yang pake untuk maksiat kepada alloh,dan tidak memiliki 2 kaki yang di gunakan untuk melangkah di jalan yang di larang oleh alloh.

Akhirnya mereka pun menikah dan melahirkan anak yang soleh, dan anaknya menjadi seorang ulama besar dan menjadi seorang wali agung.

Cerita sore dalam renungan ajaran Islam.
Gambar: Kejujuran seorang pemuda yang sholeh dan sifat wara nya.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang sholeh dan memiliki sifat wara (yang memiliki sifat hati-hati) dalam tingkah laku dan perbuatanya serta jujur dalam tutur katanya.

Pada suatu hari pemuda ini sedang berjalan  di pinggir sungai, ketika hendak beristirahat dan ingin membasuh mukanya dari air sungai itu, karena nampak air sungai itu yang jernih dan menyegarkan.

Ketika pemuda ini membasuh kedua tangannya dan mukanya, tiba-tiba ada sebuah apel yang datang menghampirinya, dan pemuda itu mengambil dan memakannya, ketika dia memakan buah apel itu ,pemuda ini baru menyadari bahwa buah apel ini ada pemiliknya.

Kemudian pemuda ini pun pergi menyusuri aliran sungai ini untuk mencari sumber dimana buah apel ini berasal, dan akhirnya pemuda ini pun menemukan ada kebun apel yang salah satu pohon yang ranting-rantingnya menjulur ke sungai.

Dan pemuda ini hendak mencari pemilik kebun ini untuk meminta keikhlasannya dan keridoannya salah satu buah yang dia makan tersebut.

Ketika pemuda ini bertemu dengan pemilik kebun apel yang menurut keterangan dia adalah seorang ulama besar, pemuda ini menceritakan kronologisnya yang membawa dia datang menemui pemilik kebun apel tersebut.

Mendengar cerita dan kejujuran serta sifat waranya, pemilik kebun apel ini merasa kagum dan simpati atas pengakuan dan kejujuranya, pemilik kebun apel ini pun hendak menguji kejujuran dan ketulusannya.

Akhirnya si pemilik kebun pun mengajukan syarat kepada pemuda tersebut bahwa jika kamu ingin aku mengikhlaskannya atas apa yang telah kamu makan maka kamu harus menebusnya dengan bekerja beberapa hari di kebunku ini, jawab si pemilik kebun tersebut.

Dengan syarat tersebut si pemuda pun tidak merasa keberatan jika memang itu bisa menebus sebuah apel yang telah di makannya, dan hari pun berlalu sesuai dengan kesepakatan antara si pemuda yang jujur dan si pemilik kebun apel tersebut.

Dan dengan bijak dan waranya si pemuda sholeh ini pun mengajukan pertanyaan "wahai tuan sudah cukupkan waktu yang telah aku lalu di tempat ini?"

Si pemilik kebun apel ini memang sangat menyukai kejujuran dan sifat waranya dari pemuda ini, dan berniat ingin menikah kannya dengan putrinya,lalu diapun mengajukan pertanyaan kepada pemuda tersebut.

Bila kamu ingin aku menghalalkan apa yang kamu makan,maka maukah kamu menikahi putriku,dan menjelaskan ciri''Nya, sebagai berikut, dia tidak memiliki kedua mata, tidak memiliki 2 telinga, tidak berbicara,tidak memiliki 2 tangan ,dan tidak memiliki 2 kaki.

Untuk sementara waktu si pemuda tersebut terdiam, dan menjawab apakah aku layak untuk dia karena aku  adalah orang yang tidak memiliki apa'' dan pemilik kebun pun tersenyum dan menjawab.

Kamu layak untuk putri ku karena kejujuran dan sifat wara yang kamu miliki,dan putriku pun layak untuk kamu, karena dia tidak memiliki ke 2 mata yang di pake untuk melihat hal-hal yang di larang oleh alloh.

Tidak memiliki 2 telinga untuk mendengarkan hal-hal yang sia-sia dan dilarang oleh agama, tidak berbicara karena nafsu (mengunjing, mencemoohkan orang lain,menyakiti orang lain dengan lisannya) tidak memiliki 2 tangan yang pake untuk maksiat kepada alloh,dan tidak memiliki 2 kaki yang di gunakan untuk melangkah di jalan yang di larang oleh alloh.

Akhirnya mereka pun menikah dan melahirkan anak yang soleh, dan anaknya menjadi seorang ulama besar dan menjadi seorang wali agung.

Cerita sore dalam renungan ajaran Islam.

No comments:

Post a Comment